Kementerian Pertanian terus berupaya melakukan antisipasi perubahan iklim dengan berbagai programnya. Termasuk menyiapkan sumber daya manusia pertanian di seluruh kabupaten/kota yang mampu berkontribusi pada produktivitas pertanian. Hal ini diharapkan agar ketahanan pangan daerah terjaga konsistensinya.
Ditambah dengan krisis global saat ini, memberikan dampak signifikan terhadap hampir seluruh sektor perekonomian. Tidak terkecuali sektor pertanian.
Untuk itu, Kementerian Pertanian menaruh program regenerasi petani sebagai prioritas pembagunan pertanian. Pasalnya petani milenial dianggap mampu melakukan percepatan produktivitas sektor pertanian.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yakin dengan menyiapkan petani milenial yang tangguh, sektor pertanian mampu menyangga perekonomian negara.
“Cara bertani yang kemarin sudah tidak cocok lagi untuk era ini. Oleh karena itu, kita dorong pertanian dengan sistem digital. Supaya petani kita dengan smartphone dapat dilatih untuk mengetahui kondisi kebutuhan konsumsi, masalah cuasa, artificial intelegent., dan lainnya untuk mengembangkan pertanian presisi”, jelas Mentan Syahrul.
Di berbagai kesempatan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Dedi Nursyamsi terus memacu regenerasi petani melalui berbagai agenda pembangunan SDM pertanian.
“Petani milenial perlu terus dibekali kemampuan manajerial, agenda intelektual, dalam rangka terus meningkatkan kapasitas, dan meningkatkan kolaborasi, tentu regenerasi petani menjadi suatu keniscayaan yang turut berkontribusi untuk kemajuan pertanian Indonesia”, ungkap Dedi.
Dalam rangka memasifkan agenda intelektual di Kabupaten Magelang, Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang memberikan Bimbingan Teknis bagi Petani dan Penyuluh di Wisma Sejahtera (19/5).
Di depan 100 petani dan penyuluh, Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang, Bambang Sudarmanto mengatakan bonus demografi yang diperoleh Indonesia akan memberikan dampak positif jika dibarengi dengan pemanfaatan teknologi.
“Petani milenial dapat memanfaatkan low-cost precision farming. Dengan melakukan ini, masalah seperti penyempitan lahan, kesuburan tanah yang makin menurun, serta maraknya penyakit akibat perubahan iklim dapat diatasi”, jelas Bambang.
Hadir di acara yang sama, Vita Ervina, anggota Komisi IV DPR RI juga menyampaikan harapan yang besar kepada bangkitnya generasi muda di sektor pertanian.
“Sektor pertanian memberikan peluang yang besar kepada generasi muda. Jumlah penduduk naik, mengakibatkan kebutuhan pangan yang bertambah. Saya yakin, di tangan anak muda, teknologi akan lebih mudah diaplikasikan.” jelas Vita optimis.
Dengan tekad yang kuat disertai kemauan belajar, Ia yakin generasi muda mampu meningkatkan daya saing sektor pertanian.