Prodi Teknologi Pakan Ternak Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa) melaksanakan asesmen dalam rangka akreditasi program studi, Rabu (24/2/2021). Asesmen yang digelar secara daring selama dua hari tersebut menghadirkan dua orang asesor. Yakni Prof Dr Trinil Susilawati Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya dan Dwatmadji PhD dari Jurusan Peternakan Universitas Bengkulu.
Plt Direktur Polbangtan YoMa Dr Rajiman MP mengatakan, pada 2021 ini Prodi Teknologi Pakan Ternak memasuki tahun ketiga. Namun, data LKPS dan LED baru berjalan satu tahun terakhir. Sebab, saat ini Polbangtan YoMa masih dalam posisi transformasi. Dari sebelumnya yang berstatus Sekolah Tinggi Pertanian dan Peternakan (STPP). Sehingga data sebelumnya masih memakai dokumen STPP. “Renstra Polbangtan mengikuti renstra Kementerian Pertanian. Pencapaian renstra sesuai indikator pencapaian yang disampaikan ke BPPSDMP,” jelasnya.
Menurut Rajiman, statuta 2018 masih menjadi satu seluruh Polbangtan. Statuta mulai dipecah masing-masing pada 2020. “Setiap kegiatan dilakukan secara transparan dan akuntabel. Tingkat keberhasilan renstra secara umum dapat dicapai seratus persen,” ungkap Rajiman.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Unit Penjaminan Mutu (UPM) Polbangtan YoMa drh Pramu MSc menjelaskan, pelaksanaan kegiatan UPM memenuhi standar yang telah ditetapkan sesuai visi misi Polbangtan. Sistem penjaminan mutu internal (SPMI) berfungsi sebagai pengendalian tridarma perguruan tinggi. Dalam hal ini pola pikir, sikap, dan perilaku sesuai standar yang berlaku. “Itu semua diharapkan menjadi keseharian civitas akademika Polbangtan YoMa,” tuturnya.
Dikatakan, pada masing-masing prodi terdapat gugus pengendali mutu program studi. Sumber daya manusia gugus pengendali mutu adalah auditor dari masing-masing prodi. Dalam melaksanakan evaluasi dan pengendalian dengan melakukan audit silang antar prodi. “Prinsip SPMI sesuai standar Permentan No 17 Tahun 2017,” jelas Pramu.
Asesmen juga dilakukan dengan orang tua wali mahasiswa, stakeholder, dosen, dan middle management.
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo terus mendorong pentingnya sekolah vokasi pertanian. Sebagaimana status Polbangtan saat ini. Diharapkan, Polbangtan ke depan bisa mencetak jutaan petani milenial yang menekuni agropreneurship. “Kementan (melalui Polbangtan, Red) harus bisa mencetak sumber daya pertanian andal untuk mengisi pembangunan pertanian,” ungkapnya akhir tahun lalu.
Sedangkan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembanan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menyatakan, pendidikan vokasi menjadi kunci untuk melahirkan sebanyak mungkin petani milenial.